Maruf, demikian orang-orang
memanggilku. Aku adalah anak kelima dari enam bersaudara sebagai buah dari
kasih sayang antara Arifin S dan Masnah R. Sebagai keluarga yang memiliki
banyak anak, orang tuaku yang seorang pensiunan guru dan seorang guru termasuk
sulit dalam menaggung semua biaya pendidikan kami. Tapi mereka sangat tegar dan kuat membiayai kami dengan mengerahkan semua kemampuan mereka.
Dengan penuh dengan
kasih sayang orang tuaku membesarkanku sehingga hingga saat ini aku dapat
menikmati indahnya bagaimana menjadi seorang pejuang ilmu, semua hal telah
mereka lakukan dalam usahanya untuk membiayai anaknya ini demi menggapai
citanya dihari kelak. Untuk melengkapi keuangan keluarga yang pas, kami pernah menjual es manis yang dijajakan di SLTP tempat
orang tuaku mengajar dengan ayahku sebagai direktur usaha, ibu sebagai menejer
kemudian aku dan kakak-kakakku menjadi pekerja sekaligus bidang pemasaran (sebagai
penjual kelilingnya). Dasar usaha kecil-kecilan jadi frekwensi gulung tikarnya
juga besar, ketika musim panas berakhir dan masuk musim hujan orang-orangpun
sudah mulai goyah dalam membeli es manis yang kami jajakan. Namun hal ini tidak
membuat ayah dan ibuku menyerah, kamipun segera banting stir dari usaha es
manis ke jualah tahu isi. Usaha ini lumayan baik karena musim tidak
mempengaruhinya namun konsekwensinya juga lumayan orang tuaku harus bangun pagi
cepat bahkan sebelum ayam berkokok orang tuaku sudah bangun pagi karena harus
mempersiapkan(menggoreng tahu) dan mempersiapkan isi dari tahu tersebut, namun
raut pilu, keluh dan lelah tidak pernah sedikit kulihat di wajah mereka, bahkan
ditiap malam mereka selalu mendoakan kami dalam setiap tahajjud mereka. Semua
itu mereka lakukan semata-mata demi kami anak-anak mereka.
Dari hal-hal semacam inilah mereka mengajarkanku banyak pelajaran hidup. Tanggung jawab adalah pelajaran yang paling mereka tekankan kepadaku. Dengan berjualan es manis dan tahu isi ini saya diberikan tugas sebagai penaggung jawab atas selamat tidaknya tahu isi dan es manis ini dari rumah di pagi hari ke toko makanan sampai ke rumah lagi sore harinya sampai ke keuntungan penjualan yang diperolehpun saya yang bertanggung jawab mengambilnya ke toko. kemudian satu lagi elajaran hidup yang sangat mengakar di hati saya adalah kejujuran. kata orang-orang kejujuran itu mahal tapi menurut saya justru kejujuran itu tidak bisa dinilai dengan mata uang apapun dan dari berjualan ini saya belajar kejujuran. Dengan uang keuntungan yang saya peroleh dari toko makanan bukan tidak mungkin saya memanfaatkannya untuk hal-hal yang tidak baik, namun karena orang tua saya sering mengajarkan kalau kejujuran itu adalah mutiara yang semua orang bisa memilikinya maka saya memutuskan untuk memelihara dan memoles mutiara yang saya miliki ini setiap hari.
Melihat perjuangan
yang mereka lakukan dengan berdasar pada seruan Allah untuk berbakti kepada
kedua orang tua maka aku berjanji akan membahagiakan orangtuaku dengan menjadi
anak yang berbakti dan menempuh sekolah yang setinggi-tingginya seperti harapan
dari kedua orang tuaku dan bisa mendirikan suatu perusahaan yang dapat membantu
orang-orang yang yang kurang mampu yang ada dsekitarku sebagaimana ibuku selalu
berkata yg dia kutif dari hadist Rasulullah SAW. “sebaik-baiknya manusia adalah
yang paling bermanfaat bagi orang-orang yang ada disekitarnya”.
Tanggal 6 Juli 2012
adalah hari yang sangat berjasa dalam hidupku. Mengapa tidak, pada hari itu adalah
hari yang sangat menentukan karena hari itu hasil dari SNMPTN jalur ujian tulis
diumumkan dan Alhamdulillahirabbilalamin aku diterima di ITB jurusan FTSL. hari itu babak baru dalam hidupku dimulai.Setelah satu tahun menjalani masa-masa TPB di ITB akhirnya saya memilih Jurusan Teknik Kelautan (Ocean Engineering). ceritanya panjang kenapa saya memilih jurusan ini lain kali saya ceritain yaaa...jurusan ini sangat pas dan sangat sesuai dengan passion yang saya miliki. mudah-mudahan ini dapat menjadi fasilitas bagi saya dalam mewujudkan cita-cita saya kelak.
Tokoh idola saya adalah Rasulullah SAW. Beliau
jujur, cerdas, memegang amanah, dan menyapaikan kebenaran. Memegang teguh
ajaran-ajaran islam dan mampu bergaul dengan baik dengan orang orang yang ia
pimpin. dengan segala amanah dan cita-cita yang saya sudah berkomitmen ini, Saya akan tetap
berusaha/belajar dengan sungguh-sungguh demi mewujudkan cita-cita saya
sebagaimana pepatah, man jadda wa jada, barang siapa yang bersungguh-sungguh
maka mendapatlah ia.
-wakhazmiri